Bagikan

LensaDigital.id-Kamera DSLR dan mirrorless punya sejarah yang berbeda. Kamera DSLR yang lebih duluan hadir lebih ‘matang’ dalam dukungan ekosistem seperti lensa dan flash, bahkan sejak jaman film pun fotografer di masa lalu ya memakai berbagai lensa dan flash eksternal. Kini saat DSLR hanya terfokus pada Canon dan Nikon, maka urusan flash eksternal relatif lebih sederhana. DSLR Canon dan Nikon hampir sama secara teknis, dan karena banyaknya pengguna DSLR di seluruh dunia maka memacu produsen flash eksternal untuk berlomba membuat flash seperti Nissin, Yongnuo, Godox, Pixel dan banyak lagi. Padahal Canon dan Nikon juga punya flash yang lengkap, seperti Canon 600EX-RT dan Nikon SB910 yang termasuk flagship dalam flash. Fitur flash modern juga beragam, seperti HSS, TTL, rear sync, multi dan zoom, membuat penggunanya bebas berkreasi. Tapi bagaimana saat kini sudah banyak orang yang justru memiliki kamera mirrorless, lalu ingin berkreasi lebih dengan flash photography?

Pertama, jika kamu pemilik kamera mirrorless perlu sedikit melakukan riset, carilah flash eksternal yang dibuat oleh merk yang sama dengan kamera anda. Sony termasuk punya banyak pilihan flash, lalu Fuji, Panasonic, Olympus juga tentunya ada. Mirrorless Canon EOS M adalah perkecualian karena bisa pakai flash milik DSLR Canon (hotshoe dan TTL-nya sama). Setelah tahu apa pilihan yang ada, lalu cek harganya, bila cocok silahkan dibeli. Misal Fuji EF-42 TTL flash itu harganya 2 jutaan, lalu Olympus FL-600R itu 4 jutaan. Selain faktor dana, pertimbangan lain dalam memilih biasanya melihat kekuatan flash (GN) dan ukuran/dimensi flashnya. Untuk pemakaian harian, tidak perlu flash kekuatan besar, apalagi kamera mirrorless umumnya cukup kecil sehingga agak lucu kalau flashnya besar bila mau serius untuk studio atau bermain lighting sebaiknya pakai trigger saja, bisa yang TTL atau manual (universal).

Hindari membeli kamera mirrorless yang tidak ada flash hot shoe-nya, bila ingin berkreasi maksimal dengan flash

Kedua, cari tahu flash buatan dari pihak ketiga (third party) untuk kamera mirrorless. Pihak ketiga ini bisa jadi dari Eropa (misal Metz), dari Jepang (Nissin) dan tentunya dari China. Saat kita mendengar merk China seperti Yongnuo atau Godox yang lebih ekonomis kita tentu ingin tahu apakah bisa dipasang di kamera mirrorless atau tidak. Tahukah anda kalau beberapa flash dari merk ternama sebetulnya adalah flash buatan pihak ketiga yang di re-brand? Misal Fuji EF-42 itu adalah Sunpak PZ42X, padahal Sunpak ini juga membuat flash PZ42X untuk kamera selain Fuji.

Oke, kita bahas mengenai flash untuk kamera mirrorless. Disini ada beberapa catatan terkait topik kita saat ini :

Mirrorless lebih bervariasi

Produsen flash pihak ketiga tertentu seperti Godox juga membuat flash untuk kamera mirrorless, dan yang dimaksud adalah flash TTL yang kompatibel penuh dengan setiap merk. Hanya saja faktanya kamera mirrorless itu lebih variatif baik dari segi teknologi, segmentasi hingga kompatibilitas. Perlu diketahui kalau sulit sekali bagi mereka (produsen flash pihak ketiga) membuat flash yang dijamin full kompatibel, sumber daya mereka juga terbatas untuk mendesain dan mencoba satu-satu (ingat mereka sebenarnya reverse-engineer, tidak mendapat dukungan teknis dari masing-masing produsen mirrorless). Bisa jadi ada bug, atau fitur yang tidak jalan, atau flash yang tidak kompatibel untuk tipe tertentu dan tipe yang akan datang. Maka itu flash pihak ketiga yang baik akan menyediakan port USB untuk firmware update.

Jarang ada Mirrorless dengan Wireless Flash Optik

Flash eksternal untuk DSLR umumnya mendukung wireless teknologi lama dengan optik / infra red. Tapi di kamera mirrorless jarang sekali ditemukan fitur ini, sehingga salah satu kelebihan dari flash eksternal ini seakan jadi mubazir. Padahal wireless optical flash di DSLR, meski teknologi lama, tapi lumayan canggih dengan kemampuan mengatur TTL, manual dan Channel (1-2-3-4) serta Grup (A-B-C). Artinya bila mirrorless yang kita punya tidak ada dukungan wireless flashnya, maka kita hanya bisa memasang flash selalu di hot shoe kamera, atau kalau mau bermain off shoe pakai wireless terpaksa dengan menambah dana beli trigger (dan mencari trigger untuk mirrorless kalau yang TTL juga tidak mudah).

Mirrorless pakai live-view

Sebetulnya tidak ada salahnya dengan live view, toh semua mirrorless pasti live view, hanya saja kadang lokasi yang kita akan foto dengan flash itu gelap dan saat kita pakai mode Manual, maka Live view bisa jadi akan menampilkan gambar yang gelap sehingga susah untuk membidik subyek. Untuk itu pengguna mirrorless mesti mencari setting di kameranya untuk mengubah mode live view menjadi ‘selalu terang’ bukannya mensimulasikan eksposur. Tapi ada juga kamera mirrorless yang tidak bisa diubah sehingga saat mode Manual mau pakai flash ya live viewnya selalu gelap.

Masalah teknis berkaitan dengan shutter

Sebagian kamera mirrorless menerapkan shutter elektronik, dan ini tidak akan bersahabat dengan flash. Ingat kalau flash hanya bisa dipakai dengan shutter mekanik di kamera kita, jadi bagi yang masih pakai shutter elektronik harap diganti dulu ke shutter mekanik untuk bisa memakai flash. Memakai shutter mekanik pun ada batasan sinkronisasi flash yang berbeda-beda, kadang sebagian kamera mirrorless punya batas sync yang agak tanggung seperti 1/160 detik, bahkan ada yang hanya 1/60 detik, padahal semestinya bisa 1/250 detik atau lebih supaya lebih leluasa memakai flash di saat siang hari. Fitur favorit yang berkaitan dengan ini yaitu HSS/FP mode, sebuah fitur untuk mendobrak limitasi sync speed (selama didukung oleh flash) dan disayangkan tidak semua kamera mirrorless mendukung fitur HSS ini.

Flash manual

Bila tujuan kita pakai flash baru untuk belajar, atau merasa tidak masalah mengatur flash pakai mode manual, maka meski kameranya mirrorless tetap saja pilihannya flashnya banyak. Karena di pasaran banyak flash manual yang bisa dipakai di semua kaki hot shoe kamera (kecuali Sony NEX lama – karena desain hot shoenya berbeda). Hanya saja tetap perlu coba-coba dulu, karena ada saja kamera mirrorless yang tidak mau membuat flash manual ini menyala. Lalu kalaupun bisa, maka fitur flash yang lain seperti TTL, HSS, AF assist beam dsb tidak bakal bisa kita nikmati.

Tips :

  • Untuk pemakaian harian, tidak perlu flash kekuatan besar, apalagi kamera mirrorless umumnya cukup kecil sehingga agak lucu kalau flashnya besar
  • Bila mau serius untuk studio atau bermain lighting sebaiknya pakai trigger saja, bisa yang TTL atau manual (universal)
  • Hindari membeli kamera mirrorless yang tidak ada flash hot shoe-nya, bila ingin berkreasi maksimal dengan flash.
  • Beberapa merk flash pihak ketiga yang bisa dicoba/dipertimbangkan :
  • Flash powerful : Godox V860-II atau TT685, perhatikan kode huruf dibelakangnya misal TT685S itu untuk Sony, O itu Olympus, F itu Fuji, P itu Panasonic
  • Flash harian (kekuatan sedang) : Godox TT350, sama seperti diatas, dengan kode huruf menandakan kompatibel untuk kamera apa
  • Flash buatan Jepang : Nissin i60A dan i40, tersedia untuk Sony, Fuji dan Micro 4/3
  • Flash manual : banyak sekali, tapi salah satu yang disukai banyak orang misalnya Yongnuo YN560 (saat ini sudah generasi ke-IV)

Selamat mengeksploraso dengan Flash pada kamera yang kamu miliki.